Pelajar Tuna Rungu Ukir Prestasi di Dunia Musik

Di tengah panasnya aspal jalanan Bekasi, di antara deru motor dan asap knalpot, ada seorang pria paruh baya yang saban hari mengais rezeki dari balik kemudi sepeda motornya. Ia bukan siapa-siapa di mata dunia, tak viral di TikTok, tak punya ribuan pengikut. Namun kisahnya adalah pelajaran hidup yang menampar siapa pun yang masih suka mengeluh tentang nasib. Ia adalah Pak Joyo, tukang ojek pangkalan yang buta huruf, namun berhasil menyekolahkan anaknya hingga jadi dokter.

Mengharukan: Lahir Miskin dan Tak Pernah Masuk Sekolah

Pak Joyo lahir di pelosok desa kecil di Jawa Tengah. mg 4d Ia tak pernah menginjak bangku sekolah. Sejak kecil, ia bekerja sebagai buruh tani bersama ayahnya. “Saya tidak bisa baca, tidak bisa tulis. Nama sendiri pun saya hafal dari bentuknya, bukan hurufnya,” tuturnya polos.

Di usia 18 tahun, ia merantau ke Jakarta bermodal nekat. Pekerjaan pertama yang ia lakoni adalah tukang sapu jalan, lalu jadi kernet angkot, hingga akhirnya menetap sebagai tukang ojek pangkalan di dekat stasiun.

Ia menikahi perempuan penjual sayur dan dikaruniai dua anak. Kehidupan mereka serba pas-pasan. Tapi ada satu hal yang Pak Joyo pegang teguh: anak-anaknya harus sekolah. Harus lebih pintar darinya.

Menggugah: Antara Terik Matahari dan Impian Anak

Setiap hari, Pak Joyo berangkat sebelum matahari terbit. Ia duduk di pangkalan sambil menanti penumpang, di tengah persaingan ketat dengan ojek online. Terkadang ia hanya dapat dua atau tiga penumpang dalam sehari. Tapi penghasilannya, sekecil apa pun, selalu ia sisihkan untuk biaya sekolah anak-anaknya.

“Bapak saya jarang pulang. Kalau kami makan, beliau kadang pura-pura kenyang supaya kami bisa nambah,” ujar Ayu, anak sulungnya yang kini menjadi dokter umum.

Ayu sejak kecil sadar bahwa keluarganya tak punya banyak uang. Ia belajar dengan keras, ikut beasiswa, dan menjual gorengan bersama ibunya. Pak Joyo tidak bisa mengajarinya PR, tidak bisa ikut rapat wali murid karena tak paham isi surat undangan. Tapi satu hal yang selalu ia katakan: “Kamu harus sekolah. Bapak boleh nggak bisa baca, tapi kamu harus bisa menyembuhkan orang.”

Menginspirasi: Lulus Kedokteran dari Keringat Sang Ojek

Ayu diterima di fakultas kedokteran lewat jalur beasiswa prestasi. Namun biaya hidup dan kebutuhan kuliah tetap tinggi. Di sinilah Pak Joyo menunjukkan pengorbanan luar biasa. Ia rela bekerja hingga larut malam, mengantar penumpang dari stasiun ke pelosok gang, tak peduli hujan atau panas.

Motor bututnya sering mogok, tapi ia terus menabung sedikit demi sedikit. Ia bahkan menolak tawaran dari anaknya yang ingin bekerja sambil kuliah.

“Biar Bapak yang kerja. Tugas kamu belajar, dan nanti jadi orang sukses,” katanya tegas.

Ayu lulus dengan nilai nyaris sempurna. Ia menangis di wisuda karena tahu siapa yang paling berjasa dalam hidupnya bukanlah dosen atau pembimbing, tapi seorang bapak yang bahkan tak bisa membaca nama gelar anaknya sendiri.

Menghebohkan: Kisahnya Viral dan Menginspirasi Ribuan Orang

Kisah Ayu dan Pak Joyo sempat viral di media sosial setelah seorang teman Ayu menulis tentangnya. Banyak yang terharu melihat foto Pak Joyo dengan jaket lusuh menghadiri wisuda anaknya, tersenyum bangga meski tak mengerti pidato di panggung.

Media mulai mengangkat kisah mereka. Ayu diundang ke berbagai acara motivasi, namun ia selalu bilang, “Saya hanya produk dari cinta dan keringat seorang bapak sederhana.”

Kini, Ayu membuka praktik di klinik kecil di kampung halamannya, sambil rutin menjadi relawan medis untuk masyarakat tak mampu. Pak Joyo masih menjadi tukang ojek—bukan karena terpaksa, tapi karena merasa hidupnya tetap berguna di jalan.

Pemerintah daerah akhirnya memberikan penghargaan kepada Pak Joyo sebagai Orang Tua Teladan. Saat menerima piagam, ia hanya tersenyum dan berkata, “Saya cuma pengen anak saya bisa baca resep dokter. Itu saja sudah cukup.”

Penutup: Pendidikan adalah Warisan Abadi

Pak Joyo membuktikan bahwa untuk mencetak seorang dokter, tidak dibutuhkan orang tua kaya, tidak pula gelar akademik. Dibutuhkan cinta yang tulus, tekad baja, dan pengorbanan tanpa pamrih.

Ia adalah wajah dari ribuan orang tua di Indonesia yang diam-diam membakar kakinya di jalanan demi anak-anaknya bisa berdiri di panggung kehormatan. Ia tak bisa menulis cerita hidupnya, tapi ia menulisnya lewat perbuatan.

Dan bagi Ayu, ia tidak hanya belajar ilmu kedokteran dari buku dan dosen, tapi juga belajar makna pengabdian, tanggung jawab, dan cinta sejati dari seorang bapak pengendara ojek bernama Joyo.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *